Mungkin diantara kita sudah pernah
merasakan mie lethek tetapi belum pernah melihat proses pembuatan mie
lethek tersebut.
Mie lethek adalah salah satu
kuliner dari Bantul yang berbahan tepung tapioka dan diproduksi dengan cara
yang masih tradisional. Jenis kuliner ini sangat unik karena memiliki warna
yang kusam kecoklatan sehingga tampak kurang menarik, karena warna
keruhnya itulah mie ini disebut dengan Mie Lethek.
Salah satu Pabrik mie lethek
Margo Mulyo cap “Busur Panah” yang terletak di desa Nengahan, Kecamatan
Srandakan, Bantul, Yogyakarta.
Telah berdiri sejak tahun 1940-an sampai saat ini sudah memasuki beberapa generasi,
sempat fakum karena tidak ada generasi penerusnya, sekitar awal tahun 2000-an produksi
dilanjutkan kembali.
Alat yang digunakan untuk menggiling
adonan mie-nya pun masih tradisional berupa batu berbentuk lingkaran yang
beratnya sekitar satu ton. Yang unik dari pembuatan mie ini adalah digiling
dengan ditarik menggunakan tenaga sapi, dan setelah itu dimasukan ke dalam oven
berbahan bakar kayu.
Sekitar 35 karyawannya kebanyakan asli warga desa Nengahan, Bantul, mereka menggantungkan hidupnya
sebagai pembuat mie lethek (lethek dalam bahasa Jawa berarti
kusam).
Lethek dalam bahasa Jawa yang berarti kusam, karena tampilan mie ini saat dikonsumsi sudah berwarna kusam, meski demikian mie yang terbuat dari bahan tepung tapioka dan dijamin tidak ada campuran bahan pengawet sedikitpun.
Get the flash player here: http://www.adobe.com/flashplayer